Begitu istimewanya seorang sniper hingga banyak film dibuat tentangnya. Sayang, tak banyak yang mengungkap kisah nyata. Padahal beberapa nama tercatat sejarah militer karena kehebatannya. Tahukah kamu, satu di antara sniper hebat ternyata wanita? Inilah daftarnya.
1. Lyudmila Pavlichenko
12 Juli 1916 – 10 Oktober 1974
Pada Juni 1941, Paclichenko masih berumur 24 tahun dan Nazi Jerman sedang menginvasi Uni Soviet. Dia adalah salah seorang relawan pertama yang masuk pasukan infanteri, dan dari sini dia menjadi salah satu dari 2.000 penembak jitu Uni Soviet.
Dua tembakan mematikan pertama kali dia lakukan di dekat Belyayebka, dengan senapan laras panjang Mosin-Nagant, dan power scope P. E. 4. Aksi pertamanya dimulai selama konflik Odessa, ketika dia membunuh 187 orang.
Saat dipindahkan ke Sevanstopol, dia membunuh 257 orang tambahan. Korban tembakan wanita ini selama Perang Dunia II adalah 309 orang, dan 36 diantaranya adalah penembak jitu musuh.
2. Kopral Francis Pegahmagabow
9 Maret 1891 – 5 Agustus 1952
Pria ini tiga kali diberikan medali militer, dan dua kali terluka serius. Sang kopral adalah ahli intai dan penembak jitu, dengan korbannya sekitar 378 orang, dan juga mampu menangkap 300 orang lebih.
Selain membunuh hampir 400 orang Jerman, dia juga diberi medali karena menjadi pengantar pesan saat pertempuran besar terjadi, dan membantu unitnya dengan mengantarkan peluru saat suplai menipis. Pria ini dianggap sebagai sniper paling produktif saat Perang Dunia I.
3. Carlos Norman Hathcock II
20 Mei 1942 – 23 Februari 1999
Julukannya 'Lông Trung du Kich' ('Penembak Jitu Bulu Putih'). Hathcock memiliki karir paling mengesankan dari seluruh penembak jitu yang ada di Angkatan Laut Amerika Serikat. Dia memiliki harga kepala sekitar USD 30.000 karena banyak sekali pasukan Vietnam yang dibunuhnya, sementara saat itu pada umumnya penembak jitu amerika hanya dihargai USD 8.
Pria inilah yang memiliki tembakan paling terkenal sepanjang sejarah penembak jitu. Dia dapat menembakkan peluru dari jarak jauh dan mengenai teropong penembak jitu musuh, lalu peluru tersebut menembus mata dan membunuh penembak musuh. Dia hanya butuh sedikit saja kilatan cahaya yang dipantulkan teropong penembak jitu musuh untuk menembak lawannya tersebut.
Saat perang Vietnam, dia harus merangkak 1.37 km ke daerah musuh untuk menembak jenderal Vietnam. Aksinya ini memakan waktu 4 hari 3 malam tanpa tidur, dengan merangkak secara perlahan-lahan. Begitu sempurnanya kamuflase pria ini, seorang prajurit musuh hampir menginjaknya.
Di satu titik, dia juga hampir digigit oleh ular. Sampai pada akhirnya dia mendapatkan posisi untuk membunuh sang jenderal, menembak dada jenderal dan membunuhnya. Setelah menembak sang jenderal, dia lalu langsung merangkak kembali, menghilang dari pandangan dan tidak ada satupun orang yang pernah mendapatkannya.
4. Simo Häyhä
December 17, 1905 – April 1, 2002
Julukannya 'Kematian Putih'. Häyhä adalah sniper Finlandia yang menggunakan senapan laras panjang dan memiliki rekor penembak jitu yang terbanyak membunuh lawan dalam sejarah perang.
Häyhä dilahirkan di kota Rautjärvi, dekat perbatasan Finlandia dan Rusia, dan memulai karir militernya pada tahun 1925. Pekerjaannya sebagai penembak jitu dimulai saat "perang musim dingin" antara Rusia dan Finlandia.
Selama konflik, Häyhä harus menahan suhu yang membekukan, sampai -40 derajat Celsius. Kurang dari 100 hari, laporan resmi menyebutkan bahwa ia membunuh 505 orang, tetapi klaim prajurit garis depan menyebutkan bahwa dirinya membunuh lebih dari 800 orang.
Selain rekor menembak jitunya, dia juga mampu membunuh 200 orang dengan mitalyur ringan Suomi KP/31, sehingga jumlah korbannya adalah 705 orang.
Satu kisahnya yang menarik saat ia menembak pasukan Rusia dalam cuaca salju selama 3 bulan berturut-turut. Pada awalnya jenderal Rusia diberitahu bahwa ada satu orang yang menembaki pasukan mereka dalam salju, dan jenderal ini mengirimkan satu penembak jitu.
Saat tubuh penembak tersebut ditemukan, mereka mengirimkan satu tim penembak jitu. Dan saat mereka tidak kembali juga, pasukan Rusia mengirimkan seluruh batalionnya. Beberapa pasukan dari satu batalion tersebut mati tertembak dan Häyhä masih tidak dapat ditemukan.